Cerpen: Aku Harus Jawab Apa?



Oleh: Avita Kinara


    Ini cerita seorang bujangan tua. Ia bernama Jaka, umurnya sudah menyentuh  33 tahun, dan Jaka belum menikah. Jaka terlahir di keluarga yang berkecukupan, ia dibesarkan dan dididik dengan baik. Perjalanan hidupnya semenjak anak-anak hingga dewasa bisa dibilang baik-baik saja, tidak ada yang istimewa darinya sama seperti lelaki pada umumnya. Namun, hanya saja ia kurang beruntung dalam hal percintaan.

    Jaka tinggal sendirian di sebuah rumah sederhana yang belum selesai ia cicil. Rumah Jaka bertempat di pinggiran Kota Jakarta. Walau bukan kota kelahirannya, tapi bagi Jaka Kota Jakarta punya andil atas cerita hidupnya. Jakarta tempat Jaka berkuliah kemudian berkerja sambil menjalani  kisah asmara dengan sang kekasih hatinya. Namanya Nala, sang pujaan hati Jaka semenjak kuliah hingga kini.

    Dunia hapal betul betapa Jaka mencintai Nala. Puluhan bait puisi memuja Nala tercipta di setiap hujan. Feed Instagram menjadi pameran kemesraan Jaka dan Nala, bahkan Sabtu Minggu tak pernah terlewatkan tanpa dihabiskan berdua. Orang tua di rumah sudah merestui hubungan mereka juga. Sungguh sempurna kisah cinta Jaka dan Nala. Namun, semua itu berubah secara tiba-tiba.

    Nala pergi tanpa pamit, tanpa salam perpisahan, tanpa kabar, dan tanpa Jaka tahu ke mana perginya. Nala tidak bisa dihubungi seolah-olah telah hilang ditelan bumi, meninggalkan kekosongan pada diri Jaka. Jaka tidak siap dengan kehilangan, bahkan tak pernah terpikir oleh Jaka akan tiba hari ini, hari yang sepi tanpa kabar dari Nala.

    Di kala kesepian melanda Jaka, ia pun teringat kampung halamannya di Bandung, yang sudah setahun lamanya ia tinggalkan .

    Hari Sabtu sehabis salat Isya Jaka duduk di kursi kayu di depan rumahnya, ditemani rokok dan secangkir kopi. Jaka yang teringat rumah mengirimkan pesan lewat Whatsapp kepada ibunya.

    [Assalamualaikum. Umi, Jaka pulang.] 

    [Walaikumsallam, Iyah Nak, Hati-hati kalau pulang malam.] 

    Tak lama berkemas, pukul sepuluh malam Jaka bergegas pulang dengan mobilnya. Jalanan yang cukup kosong malam itu membuat mobil Jaka melesat cepat, melepas dan meninggalkan semua kesedihannya di Jakarta. Paruh perjalanan, Jaka memutuskan untuk singgah pada sebuah rest area. Di rest area Jaka singgah di depan warung kopi. Ia beristirahat dengan memesan segelas kopi hitam.

    Di saat Jaka beristirahat ia didatangi dengan perempuan cantik berpenampilan seksi dengan hot pants, tanktop terbalut jaket jeans, rambut terurai, wajah penuh make up, serta cara jalan yang terlihat menggoda. Perempuan itu menghampiri dan berbicara kepada Jaka.

    "Boleh saya duduk di sini?" tanya perempuan itu,  berdiri di samping kursi sambil menatap dalam ke arah mata Jaka.

    Jaka menoleh ke arahnya lalu menjawab, "Iya silakan."

    Tiba-tiba hujan datang dengan derasnya membuat suasana malam kian teduh dan dingin.

    "Mau ke mana 'A malam-malam gini?" tanya perempuan itu mengambil tempat di samping Jaka.

    "Mau pulang." Singkat Jaka menjawab sambil merokok dan menatap ke arah hujan.

    "Kita seneng-seneng dulu yuk di belakang?" ucap perempuan itu dengan raut wajah menggoda yang kembali menatap dalam ke mata Jaka.

    Jaka menoleh ke arah perempuan itu dan menjawab, "Maaf saya tidak tertarik."

    Perempuan itu pun kembali bertanya, "Istrinya sudah menunggu di rumah ya, 'A?"

    Jaka hanya terdiam dan menoleh kembali ke arah hujan yang mulai reda.

    "Perjalanan jauh tanpa penumpang di kiri, pasti kesepian ya, 'A?" ucap perempun itu.

    Jaka hanya terdiam, lalu beranjak dari kursi. "Hujanya sudah reda," ujar Jaka, bangkit dan bergegas masuk mobil.

    Mengendarai mobilnya, Jaka melanjutkan perjalanan menuju Bandung. Jaka yang berada di dalam mobil sendirian, teringat dengan perkataan pelacur yang ditemuinya di rest area. "Perjalanan jauh tanpa penumpang dikiri, pasti kesepian A?". Jaka terus memacu mobilnya cepat melintasi jalan raya yang kosong. 

    Sesampai di rumah orang tua Jaka di Bandung, terlihat dari jauh pintu rumah yang tertutup rapat.

    "Assalamu'alaikum, Umi," ucap Jaka sambil mengetuk pintu.

    Terdengar suara membuka kunci dari dalam rumah, pintu pun terbuka.

    "Wa'alaikumsallam," kata ibu Jaka dari dalam rumah.

    Jaka lekas masuk ke rumah dan mencium tangan ibunya dengan takzim, hangat tangan ibu membuat Jaka meneteskan sedikit air mata.

    "Jaka kenapa? Jaka udah makan, Nak? Kalo mau makan, itu ada makanan di dapur," tanya ibu Jaka dengan lembut.

    "Enggak papa, udah, Mi, Jaka udah makan," jawab Jaka.

    "Ya udah kamu langsung istirahat, aja," kata ibu Jaka.

    "Iya, Jaka mau istirahat, Mi." Jaka pun langsung bersih-bersih badan dan menuju kamar.

    Hari berganti, Sabtu pagi ibu Jaka menghampiri anaknya  yang sedang duduk di kursi depan rumah ditemani kopi dan rokok, seraya membawa undangan pernikahan.

     "Ini ada undangan pernikahan dari temen kamu."

    "Oh iya, nanti Jaka ke sana."

    Perbincangan anak dan ibu yang sudah lama tak bertemu terus memakan waktu, sampai tak terasa malam tiba. Malam itu, jaka mengenakan pakaian rapi mangendarai mobil datang ke pernikahan temannya sendirian. Sesampainya di sana Jaka bertemu dan berbincang dengan teman-temannya yang semuanya membawa pasangan.

    Tiba saatnya Jaka menyalami pengantin pernikahan.

    "Selamat atas pernikahannya, ya."  Ucapan dengan nada senang dari Jaka.

    "Iya makasih. Jaka, ngomong-ngomong lu ke sini sendiri aja, Nala nggak diajak? Akhir-akhir ini gua nggak liat postingan foto mesra kalian,  lo," tanya pengantin perempuan.

    Mendengar pertanyaan itu Kaka hanya terdiam, dan memutuskan segera pulang. "Gua langsung balik, ya."

    Jaka yang merasa canggung, langsung menuju mobil dan pulang ke rumah. Selama perjalanan di dalam mobil Jaka teringat  ucapan temannya. Mobil Jaka terus berjalan dan akhirnya sampai di rumah. Sesampainya di rumah terlihat ibu Jaka sedang menonton TV sambil meminum teh. Jaka yang masih memikirkan perkataan temannya lekas duduk di samping ibunya.

    Melihat anaknya pulang dari pernikahan temannya, ibu Jaka mulai pembicaraan kepada anaknya.

    "Nak, umurmu sudah setua ini, kapan mau menikah?" tanya ibu Jaka.

    Jaka hanya terdiam dengan pertanyaan itu.

    Ibu Jaka yang hanya tahu kalau hubungan Jaka dan Nala baik-baik saja, ia  tidak tahu kalau Nala telah pergi.

    "Oh iya, Nalanya mana? Kalian habis ke pernikahan barengan, kan? Nala nggak diajak mampir ke rumah?"

    Jaka menjawab dengan nada lesu. "Enggak. Udah ya, Mi, Jaka capek." Jaka pun pergi langsung masuk ke kamar.

    Setelah masuk kamar, kemudian Jaka memainkan handphone-nya, tiba-tiba hujan turun dengan deras, suara gemuruhnya terdengar menghasilkan suasan teduh dan memicu rindu pada sang kekasih, Nala. Jaka senang menulis ketika hujan. Ini merupakan waktu yang tepat diiringi kesepian. Dihantui pertanyan-pertanyaan membuat Jaka menulis beberapa bait di story Instagram. 

 

Ketika dunia bertanya tentang kita. Aku selalu diam karena tidak tau harus jawab apa 

Ketika pelacur itu bertanya, "Perjalanan jauh tanpa penumpang di kiri, pasti sepi rasanya?"

Aku harus jawab apa?

Ketika teman-teman bertanya. "Mana postingan foto-foto mesranya?"

 Aku harus jawab apa?

Ketika ibu bertanya. "Umurmu sudah setua ini kapan mau menikahinya?"

 Aku harus jawab apa?

Yang aku tahu, tak semua tanya datang beserta jawab dan tak semua harapan dapat terpenuhi.

Terima kasih, karena telah pergi

 


_____

Tentang Penulis

Nama    : Muhammad Nana Avita Kinara

No WA  : 088289666773

Akun IG : @avita.kinara

Share:

1 comment :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis