4 Kesalahan Penulisan yang Masih Sering Diabaikan Penulis Pemula


Kesalahan penulisan dalam menulis adalah hal yang wajar dan setiap penulis baik yang profesional ataupun pemula pasti pernah melakukannya. Kesalahan ini dapat mencakup salah ketik (saltik/typo), kesalahan penulisan tanda baca, atau hal lain yang kurang sesuai dengan PUEBI.

Biarpun dapat dikatakan wajar, jika hal ini terus berlanjut tanpa penulis mau meng-up grade dirinya, tentu menjadi hal tidak baik bagi "karir" kepenulisan seorang penulis ke depannya. Berdasarkan pengamatan kami dari kegiatan menulis yang pernah Ruang Nulis selenggarakan, berikut kesalahan-kesalahan yang paling sering dilakukan oleh penulis pemula:

1. Kesalahan Penulisan Huruf Kapital.

Terdengar mustahil, tapi masih ada penulis yang kurang teliti dalam meletakkan huruf kapital. Pada kasus paling ekstrem kami masih menemukan naskah yang tidak menggunakan huruf kapital di awal kalimat setelah tanda titik (.) pertanda kalimat sudah berakhir, atau ketika memulai sebuah dialog setelah tanda petik. Beberapa penulis lebih berfokus pada isi konten yang ditulis, memadu-madankan kata menarik ketimbang memperhatikan penggunaan huruf kapital.

Agar tidak salah dalam menuliskannya, ada baiknya  membaca aturan penggunaan huruf kapital yang diambil dari Panduan Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang dapat diakses secara daring melalui tautan berikut: https://ivanlanin.github.io/puebi/huruf/huruf-kapital/


2. Kesalahan Penggunaan Tanda Baca

Dalam hal ini kesalahan yang paling umum kami temukan adalah penggunaan tanda spasi sebelum tanda baca. Kesalahan ini mungkin terjadi saat baru mulai belajar mengetik, tapi ternyata ada yang menganggap penggunaan spasi sebelum tanda baca adalah sebuah keharusan.

Misal:

Aku tidak mengerti apa yang ia pikirkan , ia hanya membisu .

" Memangnya ini kesalahanku ? " ujar Tami

Kesalahan seperti ini dapat membuat naskah menjadi berantakan dan kurang enak dibaca karena tentu mempengaruhi intonasi pembaca. Harus dicatat dan diketahui, kaidah dasar penggunaan spasi adalah setelah tanda baca untuk memulai kalimat baru, atau mengakhiri sebuah jeda.

Misal:

Aku tidak mengerti apa yang ia pikirkan, ia hanya membisu.

"Memangnya ini kesalahanku?" ujar Tami. 

Selanjutnya adalah penggunaan elipsis (...) yang terkesan mubazir alias tidak perlu. Padahal tanda elipsis hanya digunakan dalam dua hal:

1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.

2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.

catatan: 

  • Tanda elipsis didahului dan diikuti spasi
  • Tanda elipsis di akhir kalimat diikuti titik (jadi ada 4 titik)

Penggunaan tanda baca ganda seperti "!?" atau "?!" juga sering kami temukan. Padahal tanda seru dan tanda tanya sudah memiliki fungsinya masing-masing. Fenomena penggunaan hal yang diberi istilah interrobang  ini sebenarnya masih menjadi perdebatan para ahli bahasa dan akan kami bahasa dalam tulisan selanjutnya. Tapi tentu pengguaan interrobang yang berulang kali apalagi berturut-turut  akan menganggu intonasi naskah.


3. Kesalahan Penggunaan Kata Depan
Kesalahan ini menjadi kesalahan yang paling sering kami temui. Kata depan "di" dan "ke" yang seharusnya ditulis terpisah malah digabungkan, sedang imbuhan "di-"yang harusnya digabung malah ditulis dengan terpisah.

Penulisan "dimana, diatas, didepan, dibawah, kesamping, dsb" misalnya, harusnya ditulis terpisah menjadi " di mana, di atas, di depan, di bawah, ke samping, dsb".

Penulisan kata depan yang tepat selanjutnya bisa dibaca di tautan berikut:



4. Menuliskan Serapan Bahasa Asing
Ada banyak bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Karena berasal dari bahasa asing tentu saja ada beberapa huruf yang sudah ditransliterasikan ke dalam huruf latin sesuai kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

Kita sama sekali tidak perlu takut akan mengubah arti, sebab setelah ditransliterasikan arti sebuah kata tidak akan lari dari makna aslinya.

Misal:
- Penulisan yang baku dari shalat adalah salat, istiqomah adalah istikamah (walau menurut materi yang pernah kami ikuti, penggunaan bahasa asing aslinya masih diperbolehkan untuk buku teks agama atau sesuai dengan gaya selingkung penerbit, sebab KBBI bukanlah buku gaya selingkung meskipun di dalamnya terkandung aturan tata bahasa dan beberapa lampiran yang dapat dijadikan bahan rujukan. Hal ini masih kami kaji lebih jauh lagi, sedang kami pribadi masih lebih sering menggunakan kata "shalat" dibanding "salat").
- Sosial media sudah diserap menjadi media sosial.
- Warganet dan netizen sekarang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia dan bersinonim.
- Diagnosis bukan diagnosa
- Analisis bukan analisa
- Oasis bukan oase
- Respons bukan respon
- Objek bukan obyek
- dll.


Tentunya aturan penggunaan bahasa Indonesia akan terus berkembang dari masa ke masa dan kita mengharapkan adanya satu aturan mengikat yang dapat menjadi pedoman penulis ke depannya. Indonesia sendiri belum memiliki Buku Panduan Gaya Selingkung hingga terkadang masih terdapat perbedaan antara satu penerbit dan penerbit lainnya. Beruntung kita masih memiliki KBBI dan PUEBI yang  bisa dijadikan rujukan.

Terima kasih, semangat belajar!








Share:

Post a Comment

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis